Minggu V Ses. Paskah
Renungan Pagi, 5 Mei 2021
♪GB. 104 : 1 – Berdoa
Hosea 2 : 18 – 22
Aku akan menaburkan dia bagi-Ku di bumi, dan akan menyayangi Lo-Ruhama dan Aku berkata kepada Lo-Ami: Umat-Ku engkau! Dan ia akan berkata: Allahku! (ay.22)
Apa yang kita rasakan ketika keadaan kita kembali seperti semula? Apa yang hendak kita katakan ketika semua kembali ke keadaan semula? Tentu kita semua akan merasakan bahagia, karena suasana yang semula penuh ketidak-pastian dan dapat kehilangan arah hidup atau putus asa, kini kembali seperti semula. Hubungan yang rusak dan tidak harmonis, ketika pulih dan kembali seperti semula, tentunya akan membawa sukacita tersendiri. Kebahagiaan pun datang menghampiri kehidupan kita.
Israel sudah jauh dari apa yang dikehendaki TUHAN, karena mereka telah meninggalkan TUHAN dan beribadah kepada allah lain. Hubungan Israel dengan TUHAN pun semakin jauh, bahkan Israel sudah tidak lagi disebut sebagai anak-Nya. Hubungan yang dahulu sangat intim dan harmonis, di mana Israel sudah diangkat menjadi anak-Nya, dan Allah dengan setia menuntun mereka, namun ketika Israel menyimpang (“menyundalkan diri” menurut kitab Hosea), maka Allah pun menghukum Israel dan tidak lagi menyebut mereka sebagai “Anak-Nya” (Lo-Ami).
Ketika Allah memulihkan kembali keadaan Israel, bahkan mengembalikan posisi mereka bukan lagi sebagai “orang asing”, melainkan kini sebagai “anak Allah”. Hosea dalam pemberitaannya mengatakan bahwa mereka sekarang sudah menjadi “istri yang sah” di hadapan Allah, mereka bukan lagi perempuan sundal (band. Hosea kawin dengan perempuan sundal).
Peristiwa kematian dan kebangkitan Yesus telah memulihkan hubungan manusia dengan TUHAN. Pemulihan itu karena pengorbanan Kristus di kayu salib. Pemulihan menjadi anak-anak TUHAN, merupakan hadiah terbesar dalam kehidupan kita. Kita bukan orang asing, tetapi sudah dekat, karena kita adalah anak dan Allah adalah Bapa kita.
♪GB. 104 : 2
Doa : (Kami berterima kasih ya TUHAN atas pemberian-Mu yang terindah melalui kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Kini kami bukan orang asing, kami kini disebut anak)