Minggu II Ses. Pentakosta
Renungan Pagi, 8 Juni 2021

♪KJ.73 : 1 – Berdoa

Markus 4 : 21 – 23
Barangsiapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar! (ay. 23)

“Telinga itu buat mendengar, bukan buat hiasan!”, teringat pada waktu kecil jika dinasihati oleh orang tua dan tidak melakukannya maka kalimat itu yang akan diucapkan oleh orang tua saya. Tentu kita mengetahui, ada kecenderungan beberapa orang, dia tidak suka dinasihati namun suka menasihati. Hal ini menjadi sulit sebab dia tidak pernah mengetahui kesalahannya, yang dia tahu hanya kesalahan orang lain. Semakin banyak orang yang menjadi pendengar yang baik, pemikir yang baik, dan menjadi pembicara yang baik akan menghasilkan kesimpulan yang baik. Kesimpulan atau perkataan yang baik itu akan menguatkan orang lain.

Sesudah Yesus menyampaikan perumpamaan tentang seorang penabur, Yesus menambahkan dengan perumpamaan tentang pelita. Seorang penabur yang Yesus maksudkan, menabur firman (Mar. 4:14). Seorang yang menabur di tanah berbatu, semak berduri, tanah yang baik menghasilkan perbe-daan. Bagi setiap orang yang sudah mendengar firman Tuhan, jadikan dirinya sebagai tanah yang baik sehingga berbuah. Yesus menegaskan dalam perumpamaan pelita, firman itu seperti pelita yang ditaruh di kaki dian dan menerangi wilayah yang gelap. Bagi setiap orang yang telah diterangi firman Tuhan, bukalah telinga sehingga memahami dan melakukan firman Tuhan itu. Firman Tuhan menjadi dasar setiap orang dan keluarga dalam menjalani kehidupan ini. Firman Tuhan tak pernah habis untuk dibahas dan selalu sesuai konteks kita masing-masing. Jika ada yang mulai bergeser dari kebenaran firman Tuhan, latihlah diri untuk menjadi pendengar yang baik, menjadi pendengar dan akan melakukan yang telah didengar. Rupa-rupa dunia tidak akan mengacaukan hati dan pikiran kita sebab kita mempunyai dasar kuat yaitu firman Tuhan yang selalu menerangi dan mencerahkan kehidupan kita.

♪KJ.73 : 2

Doa : (Tuhan berikanlah kami kepekaan untuk mendengar dan memahami setiap firman Mu yang selalu kami renungkan)