Minggu II Ses. Pentakosta
Renungan Pagi, 10 Juni 2021
♪GB.270 : 1 – Berdoa
Markus 6 : 1-6a
Ia tidak dapat mengadakan satu mujizatpun di sana, kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan-Nya atas mereka. Karena itu, Yesus tidak dapat mengadakan mukjizat di sana, kecuali meletakkan tangan-Nya atas beberapa orang sakit dan menyembuhkan mereka (ay. 5)
Latar belakang dan status sosial seseorang cukup memengaruhi bagaimana pandangan dan penerimaan orang lain terhadapnya. Yesus kembali ke Nazaret, tempat Ia dibesarkan dan mulai mengajar di dalam rumah ibadat. Yang menarik dari sini adalah, ketika Ia mengajar banyak orang menjadi takjub mendengar pengajaran-Nya. Mereka akhirnya kecewa ketika tahu siapakah Yesus itu berdasarkan informasi mengenai latar belakang keluarga-Nya yang biasa-biasa saja, bukan dari keluarga terpandang. Fakta sederhana inilah yang menjadi acuan mereka untuk mau percaya atau tidak percaya kepada Sang Mesias itu. Tentu mereka sudah mendengar dan bahkan melihat langsung mujizat-mujizat yang dilakukan oleh Yesus dan itu bukan hal yang esensi bagi mereka untuk percaya. Yesus ditolak di Nazaret hanya karena Ia bukan berasal dari keluarga yang terpandang baik secara politik maupun terpandang secara rohani (bukan dari golongan imam).
Kecenderungan manusia berdosa memiliki kategori tertentu atau standar yang tinggi kepada latar belakang seorang pengkotbah tanpa melihat isi dari pengajaran yang diberitakan. Sehingga seringkali keinginan/ekspektasi kitalah yang menghalangi karya Allah dalam hidup kita. Firman Tuhan yang sudah diberitakan harus diterima dengan standar kebenaran Allah, bukan dengan standar kita atau bukan karena latar belakang si pemberita Injil tersebut. Penolakan manusia terhadap penyebaran karya keselamatan Allah mengaki-batkan kita tidak dapat mengalami karya-Nya yang lebih besar lagi. Ayat 5 dan ayat 6 bacaan pagi ini mengajarkan tentang hal tersebut. Ketidakpercayaan kita terhadap kuasa Allah membuat kita tidak dapat mengalami mujizat-Nya dalam hidup kita.
Sekarang, dimanakah posisi kehidupan spiritualitas kita: apakah pada golongan orang yang memakai standar sendiri untuk menilai kebenaran Ilahi atau di posisi seperti Yesus yang tetap memberitakan kebenaran walaupun ditolak? Selamat berefleksi.
♪GB.270 : 2
Doa : (Ya Tuhan, teguhkan dan mantapkanlah langkah kami di dalam melayani-Mu ditengah gereja dan masyarakat)