Minggu XXI Ses. Pentakosta
Renungan Malam, 19 Oktober 2021
♪KJ.370 : 1– Berdoa
Kejadian 37 : 31 – 36
Adapun Yusuf, ia dijual oleh orang Midian itu ke Mesir, kepada Potifar, seorang pegawai istana Firaun, kepala pegawai raja (ay. 36)
Meninggalkan teman, saudara maupun orangtua sangatlah tidak menyenangkan, apalagi tanpa ada pertemuan terakhir dan kata-kata perpisahan. Begitu juga dengan ‘terpaksa’ berangkat ke tempat yang sama sekali asing untuk meneruskan kehidupan. Kita tidak akan tahu apa yang akan terjadi di tempat baru itu dan apakah kita akan kembali bertemu dengan orang yang disayangi atau tidak.
Yusuf dibawa oleh orang Midian ke Mesir tanpa pamit kepada Yakub, ayahnya yang sudah tua. Yang lebih menyakitkan lagi, saudara-saudaranya berkomplot untuk membohongi sang ayah dengan mengabarkan bahwa Yusuf telah mati dimakan binatang buas. Siang dan malam sang ayah berkabung, menangis dan meratapinya, sementara Yusuf sudah berada di Mesir, tinggal di rumah Potifar, pejabat Firaun. Di sinilah Yusuf menjalani hidup yang penuh drama: terpisah dari keluarga sampai akhirnya dipenjara karena fitnah.
Yusuf tabah dan tidak menyalahkan siapapun. Ia pasti menangis sambil berusaha untuk tetap tegar. Ia pasti merindu dan berharap untuk bertemu kembali dengan keluarganya. Akan tetapi baginya, hidup harus dijalani dengan pengabdian di mana pun ia berada. Tanpa melihat lagi ke belakang untuk mengenang masa lalu maupun mereka-reka apa yang akan terjadi nanti, Yusuf memasuki suasana yang baru: lingkungan, budaya dan kebiasaan yang berbeda. Akan tetapi, justru di Mesir inilah Allah ‘merancangkan’ Yusuf untuk menjadi seorang pemimpin yang akan menyelamatkan bangsanya dari bencana kelaparan.
Perjalanan hidup yang meninggalkan banyak kenangan dan tangisan janganlah membuat kita kehilangan semangat dan motivasi hidup. Mari belajar memaknai pergumulan ini sebagai cara Tuhan membentuk kita menjadi pribadi yang baik dan pemimpin yang sukses untuk menolong orang lain serta memuliakan Tuhan.
♪KJ.370 : 2,3
Doa : (Bapa di sorga, mohon berilah hikmat-Mu, agar kehidupanku yang penuh liku membuat diriku tetap bersandar pada-Mu)