Minggu XXIII Ses. Pentakosta
Renungan Malam, 4 November 2021
♪KJ.265 : 1,3 – Berdoa
Wahyu 3 : 4 – 6
…Aku tidak akan menghapus namanya dari kitab kehidupan.. (ay.5)
Kitab Wahyu adalah kitab eskatologi. Kitab ini berbicara tentang akhir segala kehidupan. Pada akhir jaman kelak apakah nama saya dan nama anda ada dalam kitab kehidupan? Sering pertanyaan ini langsung muncul ketika kita membaca firman ini (ayat 5). Karena kita membayangkan bahwa kitab kehidupan itu ibarat daftar penerima bansos. Pemikiran itu tampak dalam lagu pujian “kalau namaku dipanggil ku ada. Kala bunyi sangkakala…”
Kitab Wahyu tidak menyebut seperti apa nama-nama akan tertera atau disebut dalam kitab kehidupan. Dari pada membayangkan kitab kehidupan seperti daftar penerima bantuan sembako bayangkanlah bahwa kitab kehidupan ditulis berupa prosa kehidupan; dari lahir hingga mati, lengkap dengan segala kisah jatuh-bangun, susah-senang, manis-pahit, terhilang lalu kembali. Wahyu 20:12 13 mengindikasikan bahwa orang-orang dihakimi menurut perbuatan mereka berdasarkan apa yang tertulis dalam kitab kehidupan dan kitab lainnya. Artinya surga menyimpan rekam jejak sepak terjang kehidupan seseorang.
Hidup adalah sebuah buku yang berisikan lembaran- lembaran yang menanti untuk ditulis. Demikian kata Ana Claudia Antunes, seorang penulis asal Brazil. Kita adalah penulis bab demi bab buku kehidupan kita. Setiap pilihan, ucapan, pemikiran, berbagai keputusan dan tindakan menorehkan kisah tertentu pada setiap halaman. Bagaimana dan apa yang kita tulis menjadi rekam jejak yang digunakan sebagai bahan pertimbangan di hari penghakiman kelak. Dari pada bertanya tentang apakah nama kita akan ada di sana, pertanyaan yang lebih penting adalah apa kisah yang akan kita tulis dalam tiap lembar kehidupan? Dan pertanyaan yang lebih penting lagi apa dan bagaimana Tuhan terlibat dalam setiap torehan pena buku kehidupan kita? Mari jadikan hidup kita sebagai ‘diary aku dan DIA’.
♪KJ.274 : 1,4
Doa : (Tuhan Yesus aku mau menulis setiap lembar kehidupanku bersama-Mu)