Minggu XXIV Ses. Pentakosta
Renungan Malam, 10 November 2021
Hari Pahlawan
♪KJ. 443 : 1– Berdoa
Roma 15 : 10 – 11
…”Bersukacitalah, hai bangsa-bangsa, dengan umat-Nya” (ay. 10)
Salah satu masalah yang muncul selama pandemi Covid-19 ini adalah hilangnya sukacita. Harus diakui bahwa pandemi Covid-19 ini memberi pukulan hebat dalam seluruh aspek kehidupan masyarakat. Sukacita berganti dengan tumbuhnya rasa takut dan kekuatiran dalam diri manusia. Seorang rekan warga jemaat menyampaikan kekuatirannya, “Saya takut terpapar virus Covid-19. Saya takut dinyatakan positif sehingga bisa dijauhi orang. Saya takut perusahaan di mana saya bekerja akan bangkrut. Kalau seperti itu, dengan apa saya bisa menghidupi keluarga?”. Ketika hal ini saya utarakan pada seorang rekan tenaga medis, ia berkomentar begini, “Nah itu salah satu sebabnya kenapa pandemi ini bisa merajalela. Selain memanfaatkan orang-orang yang menganggap bahwa covid ini tidak ada dan hanya rekayasa sehingga tidak menerapkan prokes yang ketat, tapi juga memanfaatkan orang-orang yang ketakutan sehingga imunitas mereka menjadi rendah dan mudah terpapar virus covid karenanya.” Ucapan rekan tenaga medis ini sontak menyadarkan saya akan betapa pentingnya rasa sukacita dalam hidup kita. Bukankah Amsal 17:22 juga sudah mengatakan hal yang kurang lebih sama: “Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang”?
Ketika Kristus mengutus kita ke dalam dunia, sudahkah kita memahami apa maksud Tuhan di dalamnya? Ya, kita harus menjadi berkat yang luar biasa bagi orang lain di sekitar kita. Salah satunya adalah menebar sukacita pada semua orang. Sukacita artinya membangun pengharapan dalam iman dalam diri setiap orang agar tidak berputus asa di tengah kondisi pandemi ini. Inilah waktunya bagi kita untuk saling bergandengan tangan dan saling menguatkan. Yakinlah, Tuhan Yesus akan membantu kita melalui semua krisis ini.
♪KJ. 443 : 2
Doa : (Ya Tuhan, mohon kuatkan aku untuk terus menghadirkan sukacita bagi banyak orang di tengah pandemi ini)