Minggu II Sesudah Epifani
Renungann Pagi, 22 Januari 2021
♪GB. 156 : 1 – Berdoa
Yohanes 9 : 8 – 12
Jawabnya: “Orang yang disebut Yesus itu mengaduk tanah, mengoleskannya pada mataku dan berkata kepadaku: Pergilah ke Siloam dan basuhlah dirimu. Lalu aku pergi dan setelah aku membasuh diriku, aku dapat melihat” (ay. 11)
Ibu Ani pulang membawa paket bansos. Keluarga bersorak, “Haleluya!” Ayah berkata, “Puji Tuhan! Ada berkat untuk dua minggu ke depan. Dari mana, Bu?” Ibu menjawab, “Dari gereja A, Pak!” Ayah berkomentar, “Ah kenapa gereja A pakai pamer-pamer segala kalau bagi sembako”. Juna, anak pertama menyahut, “Nasib orang miskin beginilah!” Mojo, anak kedua ikutan, “Malu kalau ketahuan sama orang gereja kita. Diam-diam aja, ya bu!” Tadi penasaran dan bilang haleluya! Sesudah tahu kok perasaannya berubah?
Ketika Celidonius (nama sesuai tradisi Kekristenan Timur dan Katolik) pulang dengan celik mata, para tetangga tidak mau bertanya langsung meskipun penasaran (ay.8-9). Detail ini sengaja diangkat penulis Injil untuk menghubungkan dua atribut; buta sejak lahir dan pengemis, dengan stigma “pendosa” yang melekat pada Celidonius. Namun demikian, orang yang dijauhkan dari lingkup sosial dan religi ini berani menembus batas antara yang tahir dan tidak tahir dengan menyatakan diri, “Benar, akulah itu”. Yesus membuka belenggu-belenggu sosial dan religi, mentransformasi hari Sabat dan doktrin ketahiran dengan memulihkan Celidonius, meskipun berisiko. Celidonius tidak tahu Yesus ada di mana saat itu. Namun demikian, dari mulutnya tersiar kabar tentang kebaikan dan keberanian Yesus yang menyelamatkan dan memulihkan hidupnya (ay. 11-12).
Saudaraku, menerima atau melakukan kebaikan adalah pengalaman yang membuat kita terpesona pada karya Allah, tetapi berisiko. Berisiko, karena ditolak oleh yang lain atau berpotensi membuat kita lupa diri. Yang Yesus kerjakan adalah karya penuh risiko yang berdampak pada transformasi sosial. Sejauh itulah Kristus bekerja. Tidak perlu ragu bagaimana Saudara berkarya atau dikomentari hari ini. Mari tanggung risiko itu. Pastikan dalam hikmat, bahwa hanya kehendak Kristus yang kita utamakan.
♪GB. 156 : 2,3
Doa : (Tuhan Yesus, mohon berilah kami keberanian untuk melakukan kebaikan dan mentransformasi sosial meski berisiko)